04 Maret, 2009

PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN

PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI RW. 05 KELURAHAN SUNGAI BAMBU
JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Muhammad Nuh Suhendra
103011026688
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/ 1429 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI RW. 05 KELURAHAN SUNGAI BAMBU
JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
M. Nuh Suhendra
NIM: 103011026688
Dibawah Bimbingan
Dra. Hj. Elo Al-Bugis, M.A
NIP: 150268587
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2008M.
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Nuh Suhendra
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 03 Juli 1984
NIM : 103011026688
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara
Pembimbing : Dra. Hj. Elo Al-Bugis, M.A
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar S1 (Stara 1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penyusunan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya bukan hasil karya saya
pribadi atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2008
Penulis
M. Nuh Suhendra
Manusia terbagi dalam empat golongan:
Orang yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti,
itulah orang pandai, maka ikutilah dia.
Orang yang mengerti tapi tidak mengerti bahwa ia mengerti,
itulah orang yang lalai, maka peringatilah ia.
Orang yang tidak mengerti dan ia mengerti bahwa ia tidak mengerti,
itulah orang yang sadar diri, maka ajarkanlah ia.
Orang yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti,
itulah orang yang bodoh, maka tinggalkanlah ia.
Mahfŭzhãt
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara” diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 22 Juli 2008 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1
(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 8 September 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA ............. .......................
NIP. 150236009
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ............. .......................
NIP. 150299477
Penguji I
Drs. Choliluddin AS, MA ............. .......................
NIP. 150013058
Penguji II
Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ............. .......................
NIP. 150299477
Mengetahui:
Dekan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 150231256
i
ABSTRAK
M. Nuh Suhendra
103011026688
Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 05
Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara.
Peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa
anak, apabila orang tua salah mendidik maka anak pun akan mudah terbawa arus
kepada hal-hal yang tidak baik, maka dengan adanya peranan masing-masing
hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga dapat membentuk keluarga yang
utuh dan harmonis dan dapat menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan agama Islam membentuk aspek jasmani dan rohani seseorang
berdasarkan kepada nilai-nilai agama Islam yang terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an dan sunnah Rasululah. Kedua aspek tersebut diharapkan tumbuh
seimbang, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan rohaniah
dengan kebutuhan jasmaniah, dengan hidup yang seimbang inilah seseorang akan
terhindar dari sikap mementingkan diri sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan
keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 05
Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara. Penelitian ini memakai metode deskriptif
analisis dan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Dari penelitian
yang telah dilakukan kepada sejumlah orang tua yang menjadi sampel, penulis
melakukan analisa data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah
untuk menjawab masalah penelitian ini.
Dalam menganalisa data, penulis memberikan kesimpulan bahwa sangat
besar Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, ini terbukti
dari para orang tua yang menjawab selalu dan sering (70%-80%) memberikan
perhatian dan mengajarkan pendidikan agama Islam pada anaknya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah saw., beserta keluarganya,
sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.
Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis
miliki, demi terselesainya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca umumnya.
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua penulis, dengan curahan cinta dan
kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga menjadi sarjana, semoga
semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah swt., dan
semoga Allah selalu memberikan hidayah, taufiq serta inayah-Nya kepada
mereka.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta para pembantu dekan.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya.
3. Ibu Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA. selaku dosen pembimbing skripsi, terima
kasih segala waktu, tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing dan
mengarahkan penulis, dalam menyusun skripsi.
iii
4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan dapat
menjadi penerang serta petunjuk bagi penulis dalam mengarungi dunia ini.
5. Kepala Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ beserta staf-stafnya yang telah
membantu penulis dalam mencari reverensi.
6. Kawan-kawan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2003 khususnya
kelas B (Syamsudin, Mpie, Rokib, Setiawan, Murtaqi, Nuri, Nurhikmah,
Hamdah), yang selalu menghiasi hari-hariku selama masih aktif kuliah.
7. Semua pihak yang tiada dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada semuanya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga,
semoga Allah swt. membalas kebaikan yang mereka berikan. Apabila penulis
memiliki kesalahan; kekurangan; serta kekhilafan mohon dimaafkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
sistematika, bahasa, maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan
kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka
cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk
kita semua. Amin...
Jakarta, 8 September 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Peranan dan Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam 6
1. Pengertian Keluarga............................................................... 6
2. Fungsi Keluarga..................................................................... 8
3. Lingkungan Keluarga............................................................. 11
B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga.................................... 14
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...................................... 14
2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam..................................... 15
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................... 16
4. Pentingnya Pendidikan Agama dalam Keluarga ..................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 25
B. Metode Penelitian........................................................................ 25
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 27
E. Teknik Analisa Data .................................................................... 30
v
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................. 33
1. Letak Geografis Wilayah Rukun Warga 05 ............................ 33
2. Tugas Pokok Rukun Warga.................................................... 33
3. Keadaan Penduduk ................................................................ 34
4. Sarana Pendidikan dan Ibadah................................................ 38
B. Interpretasi Data dan Analisa Data............................................... 39
1. Interpretasi Data .................................................................... 39
2. Analisa Data .......................................................................... 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 57
B. Saran ........................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Jumlah Penduduk Rw. 05 .......................................................................... 35
2. Jumlah Bangunan Rumah Tinggal Rw. 05.................................................. 35
3. Pendidikan Penduduk Rw. 05..................................................................... 36
4. Pekerjaan Penduduk ................................................................................... 37
5. Jumlah Keluarga Rw. 05 ............................................................................ 37
6. Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak........................................... 39
7. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada Anak di Rumah ................. 40
8. Sikap Memberikan Contoh Teladan yang Baik pada Anak di Rumah ......... 41
9. Sikap mencerminkan perilaku yang baik ketika di rumah dan di luar
rumah......................................................................................................... 41
10. Sikap menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal yang buruk
baik di rumah maupun di luar rumah .......................................................... 42
11. Sikap mengarahkan anak untuk bersikap baik ketika di rumah atau di luar
rumah......................................................................................................... 43
12. Penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai kepada anak ...................... 43
13. Sikap memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah............... 44
14. Mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah............................ 44
15. Anak mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sekolah .......... 45
16. Sikap mengontrol kegiatan ibadah anak di Rumah...................................... 46
17. Sikap menegur anak apabila tidak shalat .................................................... 46
18. Mendidik ibadah shalat dan puasa .............................................................. 47
19. Pembiasaan Melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah ....... 47
20. Penanaman sikap disiplin kepada anak di rumah ........................................ 48
21. Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah
maupun di luar rumah ................................................................................ 48
22. Sikap selalu menanamkan pendidikan akhlak di Rumah............................. 49
23. Minat anak terhadap pendidikan agama Islam............................................ 50
24. Pendapat anak tentang Pendidikan agama Islam......................................... 50
25. Sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah ............................................ 51
vii
26. Setelah memperoleh pendidikan agama Islam apakah anak anda bersikap
baik, hormat dan patuh pada anda .............................................................. 51
27. Setelah memperoleh pendidikan agama Islam apakah anak anda bersikap
baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat........ 52
28. Apakah anak rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan
mengaji ...................................................................................................... 53
29. Apakah anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri ..................... 53
30. Kemampuan anak membaca al-Qur’an....................................................... 54
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi
seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan
telebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga
akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk
masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan
seorang anak, baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari.
Keluarga jualah tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali
yang kemudian menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat
hingga tak salah lagi kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan
baik-buruknya masyarakat.1
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan,
maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting,
terutama ibu. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga
bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan
suaminya.2 Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan
1Athiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), Cet. 7, h. 133
2Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: CV
Ruhama, 1995), Cet. 2, h. 47
keberhasilan karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga,
masyarakat, agama, bangsa dan negara.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor
penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain
pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.
Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk meniru.
Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang dikerjakan oleh orang
tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apa
saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya tanpa mempertimbangkan baik
dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang
besar dari orang tua. Karena masa meniru ini secara tidak langsung turut
membentuk watak anak di kemudian hari. Sebagaimana Rasulullah SAW.,
bersabda:
Artinya: “Dari Abu Hurairah, r.a., berkata: Bersabda Rasulullah SAW.:
“Tidaklah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua
orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasronikannya atau
memajusikannya”.3 (HR. Bukhari)
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah
SWT kepada orangtuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara
serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia
adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal
dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur
pendidikan keluarga, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN, ps. 10. 5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni:
pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
3Bukhari, Shahih Bukhari jilid II (Penterjemah H. Zainuddin Hamidy dkk.), (Jakarta: Fa.
Wijaya, 1992), Cet. IX, h. 89
diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral dan keterampilan.4
Pendidikan agama yang di berikan sejak dini menuntut peran serta
keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi
pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada
anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga di pengaruhi oleh
adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga adanya dorongan keluarga.
Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan
sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anakanaknya
menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan amanat
Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan dididik dengan
sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam pandangan agama Islam
mempunyai peran serta tugas utama dan pertama dalam kelangsungan pendidikan
anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia seorang petani. Tugas
orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya, secara umum Allah
SWT tegaskan dalam al-Qur’an surat At Tahrim (66) ayat 6:
˵Γ˴έΎ˴Π˶Τ˸ϟ΍˴ϭ ˵αΎ͉Ϩϟ΍ Ύ˴ϫ˵ΩϮ˵ϗ˴ϭ ΍˱έΎ˴ϧ ˸Ϣ˵Ϝϴ˶Ϡ˸ϫ˴΃˴ϭ ˸Ϣ˵Ϝ˴δ˵ϔϧ˴΃ ΍Ϯ˵ϗ ΍Ϯ˵Ϩ˴ϣ΍˴˯ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍ Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃Ύ˴ϳ
˴ϣ˸Ά˵ϳΎ˴ϣ ˴ϥϮ˵Ϡ˴ό˸ϔ˴ϳ˴ϭ ˸Ϣ˵ϫ˴ή˴ϣ˴΃΂˴ϣ ˴Ϳ΍ ˴ϥϮ˵μ˸ό˴ϳ͉ϻ ˵Ω΍˴Ϊ˶η ˲υ˴ϼ˶Ϗ ˲Δ˴Ϝ˶΋϶˴ϣ Ύ˴Ϭ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ˴ϥϭ˵ή
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu, dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.5
Dengan demikian pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat
memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan, watak serta kepribadiaan
anak.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan membahas
tentang hal yang berkaitan dengan “Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan
4HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), Cet. 1, h. 103
5Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT.
Karya Toha Putra, 1989), h. 951
Pendidikan Agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta
Utara”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta
mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu
menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam
judul di atas. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain :
1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan pendidikan agama pada anak. Kata
peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern adalah
sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama
dalam terjadinya sesuatu atau peristiwa. Sedangkan yang dimaksud
keluarga adalah sesuatu lingkungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Dalam hal ini yang berperan di dalam keluarga adalah orang tua.
2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan aqidah, ibadah
dan pendidikan akhlak.
3. Anak yang dimaksud disini adalah anak yang masih usia sekolah.
Berdasarkan pada masalah tersebut, maka penulis membatasi hanya pada
wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara, dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam pada anak ?
2. Usaha-usaha apa sajakah yang telah dilakukan keluarga terhadap
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak ?
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam pada anak ?
4. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara.
2. Untuk Mengetahui seberapa besar peranan keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu
Jakarta Utara.
3. Untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan oleh keluarga terhadap
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak.
4. Untuk mengetahui apakah Pendidikan Agama Islam itu sangat penting
dalam keluarga.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Peranan dan Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Keluarga
Ada beberapa pandangan, keluarga adalah lembaga sosial resmi yang
terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 Undang-undang
perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa “Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Anggota keluarga terdiri dari suami, istri atau orang tua (ayah
dan ibu) serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta kasih
sayang antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena itu hubungan
pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kodrati
antara orang tua dan anak. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar
cinta kasih sayang yang kodrati, rasa kasih sayang yang murni, yaitu rasa cinta
kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi
sumber kekuatan menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya
membimbing dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan anak-anaknya.1
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting didalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan
laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk
1HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.
1, h. 21-22
menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang
murni merupakan satu-kesatuan sosial ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang
sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.
Menurut Badan Penasehat Perkawinan Perselesihan dan Perceraian DKI
Jakarta, keluarga adalah masyarakat yang terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari
pasangan suami atau istri sebagai intinya berikut anak-anak yang lahir dari
mereka. Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang lebih tinggal
bersama karena ikatan perkawinan atau darah, terdiri dari ayah, ibu, dan anak.2
Menurut pandangan sosiologi, keluarga dalam arti luas meliputi semua
pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan, sedangkan dalam arti
sempit keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya.3
Menurut Ramayulis keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama di
dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya
sebagian besar sifatnya hubungan langsung. Disitulah perkembangan individu dan
disitulah terbentuknya tahap-tahap awal perkembangan dan mulai interaksi
dengannya, ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat dan sikap dalam
hidup.4
Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus
menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek,
saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga,
diantara mereka disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara
si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan
yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.
Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, kedua orang
tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka
bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap
pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya
berarti mereka telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka
dimintai pertanggung jawabannya. Rasulullah saw bersabda, “Semua kamu adalah
pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya atas orang
yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan penanggung jawab
rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dan penanggung jawab
2Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II, h. 104
3Jalaluddin Rakhmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20
4Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), Cet.
1, h. 10-11
keluarganya. Dan seorang wanita adalah pemimpin dan penanggung jawab rumah
dan anak-anak suaminya”. 5
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa
anak. Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina
dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka
keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam
lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan
tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia prasekolah),
sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan pada diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.6 Dari
sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat.
2. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan
keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh
dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang,
dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan
tugasnya sebagai pendidik.
Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk
menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang
semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam
buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa
“Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi,
5Ibrahim Amini, Agar tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al Huda, 2006), Cet. 1, h.
107-108
6Yusuf Muhammad Al Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Darul Haq,
1998), Cet. 1, h. 10
yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, proyektif, sosialisasi, rekreatif dan
ekonomi”.7
Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama, menurut ST. Vembriarto,
mempunya 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu:
a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak;
secara biologis anak berasal dari orang tuanya. Mula-mula dari dua
manusia, seorang pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah,
kemudian berkembang dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi
penerus atau dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga.
b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan
sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan
rasa aman).
c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian
anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat
dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi
pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk
mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di
masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan
yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.
Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi berfungsi
sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak yang
pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah perkembangan anak
yang dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi.
e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi
anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.
f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan, upacara
dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakukan
7Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20-21
institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama
pada si anak; sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami
kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. Hal ini sejalan dengan Hadist
Nabi SAW yang mengingatkan para orang tua:
“Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanyalah yang akan
menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan
melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga
sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badanbadan
sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental,
anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi. 8 Keluarga
diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari
gangguan-gangguan seperti gangguan udara dengan berusaha
menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan
obat-obatan dan gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata,
pagar/tembok dan lain-lain.
Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga selain
ketujuh fungsi diatas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga
berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya
kebutuhan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan
kebutuhan tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan
pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap
anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat
tinggal.9
Dari berbagai fungsi keluarga yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa setiap orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar di
8HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu..., h. 23-24
9Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. I, h. 89-90
dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena sangat berpengaruh
sekali kepada anak apabila ia tidak menjalankan tugasnya sebagai kepala
keluarga, dalam rangka:
1. Memelihara dan membesarkan anaknya.
2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmani maupun rohani, dari
berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan
hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.
3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang
untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang
dapat dicapainya.
4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan
dan tujuan hidup muslim.
3. Lingkungan Keluarga
Sebelum kita membahas masalah lingkungan keluarga, terlebih dahulu
penulis akan menyebutkan beberapa bagian lingkungan. Diantaranya, Menurut
Sartain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:
a. Lingkungan alam/luar, ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang
bukan manusia, seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, suhu, geografis,
waktu pagi siang dan malam, hewan dan sebagainya.
b. Lingkungan dalam, ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam.
Contoh: makanan yang sudah di dalam perut kita, kita katakan berada antara
external dan internal environment kita. Karena makanan yang sudah dalam
perut itu sudah/sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluhpembuluh
darah. Makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluhpembuluh
darah atau di dalam cairan limpa, mereka mempengaruhi tiap-tiap
sel di dalam tubuh, dan benar-benar termasuk ke dalam internal
environment/lingkungan dalam.
c. Lingkungan sosial/masyarakat, ialah semua orang/manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima
secara langsung dan yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, seperti
dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, temanteman
kita, kawan sekolah, pekerjaaan dan sebagainya. Sedangkan yang tidak
langsung, melalui radio dan televisi, dengan membaca buku-buku, majalahmajalah,
surat-surat kabar, dan sebagainya, dan dengan berbagai cara yang
lain.10
Manusia lahir ke dunia, dalam suatu lingkungan dengan pembawaan
tertentu. Pembawaan yang potensial itu tidak spesifik melainkan bersifat umum
dan dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan akibat interaksi
dengan lingkungan. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang
dapat dicapai oleh seseorang, akan tetapi lingkungan menentukan menjadi
seseorang individu dalam kenyataan. Tentang fungsi pembawaan dan lingkungan,
Henry E. Garret mengatakan sebagai berikut: jelaslah pembawaan dan lingkungan
bukanlah hal yang bertentangan melainkan saling membutuhkan. Lingkungan
yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik, tetapi lingkungan yang baik
tidak dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik.11
Lingkungan keluarga terdiri dari dua kata yaitu: kata “Lingkungan” dan
kata “Keluarga”. Menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat yang dimaksud dengan
lingkungan adalah: “Ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang
dapat berwujud benda-benda seperti air, udara, bumi, langit, matahari, dan
sebagainya, dan berbentuk bukan benda, seperti insan pribadi, kelompok, institusi,
sistem, undang-undang, adat-istiadat, iklim dan sebagainya”.12
Sedangkan dalam buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa lingkungan
adalah “segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar dari individu yang bersifat
mempengaruhi sikap tingkah laku dan perkembangannya”.13
Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus
menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek,
saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga,
10M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet. II,
h. 26-27
11Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta Bumi Aksara,
1995), Cet. I, h.128
12Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991), Cet. 2,
h. 56
13HM. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h.
42
diantara mereka disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara
si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan
yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.14
Orang tua adalah figur dan cermin bagi anak-anaknya, apa yang diperbuat
dan dicontohkan orang tua kepada anaknya itulah yang akan ditiru dan diikuti.
Pepatah mengatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Untuk itulah
apabila kita menginginkan anak-anak kita beraqidah/berkeyakinan kuat dalam
sanubarinya, bahwa tidak ada Tuhan seain Allah dan Nabi Muhammad S A W
adalah utusan Allah serta yakin dengan seluruh jiwa terhadap rukun iman yang
diaktualisasikan dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari, yang tercermin dalam
akhlaqul karimah, maka orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga
haruslah dalam setiap sikap dan tindakannya; lebih-lebih yang berhubungan
langsung dengan remaja harus disadarkan/dilandasi dengan ajaran-ajaran Islam
apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi/dilaksanakan oleh orang tua, maka
harapan untuk mempunyai generasi yang beraqidah adalah hal yang sangat sulit
untuk diwujudkan.15
Dari beberapa penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga adalah lingkungan pertama dalam pendidikan karena dalam keluarga
inilan anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan
keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian
besar hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak
diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor
penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain
pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama. Karena
sangat pentingnya pendidikan agama, maka para orang tua harus berusaha
memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.
14Ibrahim Amini, Agar tidak Salah..., h. 107
15Sofyan Syafri Harahap dan Anshori Siregar, Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja,
(Jakarta: PT. Pustaka Quantum, 2002), Cet. 1, h. 180
B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan
menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.16
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani
bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci al-qur’an dan al-hadits, melalui kegiatan bimbingan
pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.17 Pendidikan agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.18
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam diatas. Penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran
16Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130
17Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 21.
18Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.
III, h. 78
agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.
2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam
Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka
timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan
komponen afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan
perasaan senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau
yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan demikian konsisten
antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif, perasaan terhadap
agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai
komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik
buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap
agama.
Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan
keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan
keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan,
ibadah, akhlak dan muamalah.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama.
Ada tiga komponen sikap keagamaan:
1. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran
seperti ide, kepercayaan dan konsep.
2. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala
perasaan (emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)
3. Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat, seperti
memberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya.19
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama,
karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik
dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan
19Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I, h. 212
kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan
mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.
Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti
nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan
dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang
lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah
Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya,
berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati. 20 Oleh
sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak
sampai keperguruan tinggi.
Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki
akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar
mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama,
maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat
beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi
larangan agama.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi
yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan
agama Islam yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama
Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta
didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman
batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; dan
(4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah
20Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1983), Cet. XI, h. 7-8
diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu
menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan
menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan
dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.21
Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah
sbb:
a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak
yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.
b. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada
kanak-kanak.
c. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan
meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap
masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan
ingin akan pahalanya.
d. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia
dan adat kebiasaan yang baik.
e. Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang
wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah
dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu
diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.
f. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.
g. Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehatnasehat.
h. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi
luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama.22
21Muhaimin, Paradigma Pendidikan..., h. 78
22Mahmud Yunus, Metodik Khusus..., h. 13
Dari berbagai penelitian tentang tujuan pendidikan agama diatas, bahwa
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan.
Karena itu terdapat beberapa konsep dari tujuan pendidikan agama Islam itu
sendiri, diantaranya bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membina
serta memelihara Islam sesuai dengan syari’ah serta memanfaatkannya sesuai
dengan Aqidah dan akhlak Islami. Sebagaimana dalam fiman Allah Swt dalam
surat Adz-Dzariyaat ayat 56 yang berbunyi:
æóãóÇÎóáóÞúÊõ ÇáúÌöäøó æóÇúáÅöäÓó
ÅöáÇøóáöíóÚúÈõÏõæäö
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”. (Q.S ADz Dzaariyaat: 51:56 )23
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam adalah untuk menyempurnakan hubungan manusia
dengan Allah, menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya,
memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia dan
lingkungan.
4. Pentingnya Pendidikan Agama dalam Keluarga
Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh,
yang memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang
anak tak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak
terletak dalam keluarga. Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik
agama kepada anak-anak mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan
utama, karena dari orangtualah anak pertama kali menerima pendidikan,baik itu
pendidikan umum maupun agama.
Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1)
orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, 2) orang tua berfungsi sebagai
pemelihara serta pelindung keluarga.24
23Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an..., h. 862
24M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan
keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang: 1978), Cet. IV, h. 80
1. Orang tua sebagai pendidik keluarga
Dari orangtualah anak-anak menerima pendidikan, dan bentuk pertama
dari pendidikan itu terdapat dalam keluarga, oleh karena itu orang tua memegang
peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak.
Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan orangtua dalam mendidik antara lain:
a. Mendidik dengan ketauladanan (contoh)
Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode
yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral,
spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan
anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua
keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya.
Apabila kita perhatikan cara Luqman mendidik anaknya yang terdapat
dalam surat Luqman ayat 15 bahwa nilai-nilai agama mulai dari penampilan
pribadi luqman yang beriman, beramal saleh, bersyukur kepada Allah Swt dan
bijaksana dalam segala hal, kemudian yang di didik dan di nasehatkan kepada
anaknya adalah kebulatan iman kepada Allah Swt semata, akhlak dan sopan
santun terhadap kedua orang tua, kepada manusia dan taat beribadah.
Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orangtua selaku memberikan
contoh yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan
sholat, bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lainlainnya.
Dan semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak.
b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan
Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah
(kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi
kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan
pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan
akhlak mulia.
Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi
anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok
dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu
akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan
terlihat jelas dan kuat, sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa, “Pendidikan dengan
pembiasaan dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan
merupakan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan
meluruskan moralnya”.25 Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu
cara atau metode mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam
menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina akhlaknya. Peranan
pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar dan dewasa,
ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat
melakukannya.
Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi
kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung
melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.
c. Mendidik dengan nasehat
Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan
anak, mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat.
Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan
mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta
membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.26 Nasehat yang tulus berbekas dan
berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan
berpikir. Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meniggalkan
bekas yang dalam. Al Qur’an telah menegaskan pengetian ini dalam banyak
ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata
yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus,27 diantaranya:
˲Ϊϴ˶Ϭ˴η ˴Ϯ˵ϫ˴ϭ ˴ϊ˸Ϥ͉δϟ΍ ϰ˴Ϙ˸ϟ˴΃ ˸ϭ˴΃ ˲ΐ˸Ϡ˴ϗ ˵Ϫ˴ϟ ˴ϥΎ˴ϛ Ϧ˴Ϥ˶ϟ ϯ˴ή˸ϛ˶ά˴ϟ ˴Ϛ˶ϟ˴Ϋ ϲ˶ϓ ͉ϥ˶·
25Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. 1, h. 65
26Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam Islam, (Jakarta Pustaka Amani, 1995),
Cet. I, h. 66
27Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak..., h. 70
Artinya: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.S Qaaf: 50:37)
æóÐóßøöÑú ÝóÅöäøó ÇáÐøößúÑóì ÊóäÝóÚõ
ÇáúãõÄúãöäöíäó
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfa'at bagi orang-orang yang beriman”.(Q.S Dzariyat:
51:55)
Nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala
hakekat serta menghiasinya dengan akhlak mulia. Nasehat orang tua jauh lebih
baik dari pada orang lain, karena orang tualah yang selalu memberikan kasih
sayang serta contoh perilaku yang baik kepada anaknya. Disamping memberikan
bimbingan serta dukungan ketika anak mendapat kesulitan atau masalah,
begitupun sebaliknya ketika anak mendapatkan prestasi.
d. Mendidik dengan pengawasan
Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam
upaya membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara
psikis dan sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam
pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya.
Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung
tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya baik dilingkungan
keluarga maupun sekolah. Dilingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu di
marahi apabila ia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik.
Sedangkan dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar apabila ia
ingin pergi kesekolah. Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah dengan
sendiri. Begitu pula setelah anak tiba dirumah ketika pulang dari sekolah
hendaknya ditanyakan kembali pelajaran yang ia dapat dari gurunya.
2. Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga
Selain mendidik, orang tua juga berperan dan bertugas melindungi
keluarga dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari segi moril maupun
materil, dalam hal moril antara lain orang tua berkewajiban memerintahkan anakanaknya
untuk taat kepada segala perintah Allah Swt., seperti sholat, puasa dan
lain-lainnya. Sedangkan dalam hal materil bertujuan untuk kelangsungan
kehidupan, antara lain berupa mencari nafkah.28
Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Ketika ayat ‘Wahai orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’ turun orang-orang
bertanya, bagaimana caranya kita menjaga diri kita dan keluarga kita dari api
neraka? Rasulullah saw berkata, ‘Kerjakanlah perbuatan-perbuatan yang baik,
ingatlah keluargamu untuk mengerjakannya, dan didiklah mereka untuk taat
kepada Allah SWT.’”29
Menurut Abu Ahmad Muhammad Naufal, Agar berhasil dalam mendidik
anak, maka orang tua harus lebih dahulu memelihara diri dari hal-hal yang tidak
pantas, serta melaksanakan perintah agama dengan baik. Sebab anak lebih
cenderung meniru dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam lingkungannya.
Walhasil mendidik anak dengan contoh perilaku itu lebih baik dari pada dengan
nasehat-nasehat lisan. Untuk itulah perlu kiranya diciptakan lingkungan keluarga
yang islami. Misalnya, di dalam rumah ada tulisan-tulisan al-qur’an dan hadist
(sebagai hiasan dinding), sering diputar kaset bacaan al-qur’an, atau anak diajak
langsung ke tempat peribadatan (masjid dan majlis taklim) atau bahkan diajak
shalat bersama kedua orang tuanya.30
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh, ada tida macam lingkungan
keagamaan dalam kehidupan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan keagamaan dan proses belajar pendidikan agama di sekolah yaitu:
Pertama, keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi
perkembangan anak. Orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan
selalu medorong untuk kemajuan pendidikan agama serta kebersamaan mengajak
anak untuk menjalankan agamanya. Orang tua mendatangkan guru ngaji atau
privat agama di rumah serta menyuruh anaknya untuk belajar di madrasah diniyah
dan mengikuti kursus agama.
28Jalaluddin Rakhmat, Keluarga Muslim dalam..., h. 20
29Ibrahim Amini, Agar tidak Salah..., h. 110
30Abu Ahmad Muhammad Naufal, Langkah Mencapai Kebahagiaan Berumah Tangga,
(Yogyakarta: Al Husna Press, 1994), Cet. 1, h. 160
Kedua, keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan keagamaan
anak-anaknya. Orang tua dari keluarga yang semacam ini tidak mengambil
peranan untuk mendorong atau melarang terhadap kegiatan atau sikap keagamaan
yang dijalani anak-anaknya.
Ketiga, keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan
pendidikan agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari
keluarga yang semacam ini akan menghalangi dan mensikapi dengan kebencian
terhadap kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh anak-anaknya dan keluarga
lainnya.31
Banyak alasan mengapa pendidikan agama dirumah tangga sangat penting.
Alasan pertama, pendidikan di masyarakat, rumah ibadah, sekolah frekuensinya
rendah. Pendidikan agama di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja
setiap minggu, di rumah ibadah seperti masjid, juga sebentar, disekolah hanya dua
jam pelajaran setiap minggu. Alasan kedua, dan ini paling penting, inti pendidikan
agama Islam ialah penanaman iman. Penanaman iman itu hanya mungkin
dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya
mungkin dilakukan di rumah. Pendidikan agama itu intinya ialah pendidikan
keberimanan, yaitu usaha-usaha menanamkan keimanan di hati anak-anak kita.32
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai
tanggung jawab besar dalam mendidik, khususnya didalam melindungi keluarga
dan memelihara keselamatan keluarga. Melindungi keluarga bukan hanya
memberikan tempat tinggal saja, tetapi memberikan perlindungan supaya keluarga
kita terhindar dari mala petaka baik didunia maupun di akherat nanti yaitu dengan
cara mengajak keluarga kita kepada perbuatan-perbuatan yang perintahkan oleh
Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangannya. Memelihara keselamatan
keluarga yaitu mengajarkan keluarga kita supaya taat kepada Allah SWT, agar
keluarga kita diberikan keselamatan oleh Allah SWT baik di dunia dan akherat.
31Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), Cet. I, h. 96
32 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), Cet. IV, h. 134
Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam keluarga
harus benar-benar dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus menjadi contoh
yang baik bagi anak-anknya, karena anak itu sifatnya menerima semua yang
dilkukan, yang dilukiskan dan condong kepada semua yang tertuju kepadanya.
Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak itu akan hidup
bahagia di dunia dan di akherat. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan
begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran
dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik)
dan walinya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi danWaktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Masyarakat, khusunya keluarga
yang berada diwilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara yang
terletak di Jl. Jati II No. 1 Rt. 002/05 Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara, mereka yang mempunyai anak yang masih sekolah.
Adapun waktu penelitiannya dilaksanakan pada tanggal 12-30 Mei 2008.
Pada tanggal tersebut penulis sudah meminta izin kepada ketua Rw. 05 berikut
penyebaran angketnya.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari,
merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.1 Adapun metode
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,
yaitu suatu metode penelitian yang berusaha untuk meyajikan data dan fakta-fakta
yang sesungguhnya tentang peranan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada responden di tempat
diadakan penelitian.
1Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara: 2004)
Cet. VI, h. 1
Dalam menyusun skripsi, penulis menggunakan metode deskriptif analisis
yang didasarkan pada data atau informasi yang diperoleh melalui penelitian
sebagai berikut:
A. Field Research yaitu mengumpulkan data-data dengan jalan meneliti langsung
ke objek yang bersangkutan (turun kelapangan)
B. Library Research yaitu mengumpulkan data-data dan fakta-fakta dengan
meneliti dari beberapa buku yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas.
Adapun tehnik penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan pedoman yang
menjadi standar dan sudah dibukukan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian.2 Sedangkan
menurut S. Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita
dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.3 Sedangkan sampel
adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang diteliti, atau sampel adalah
bagian dari populasi.
Obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan
data disebut populasi. Namun dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau
keseluruhan dari obyek tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasinya
diperlukan teknik sampling yaitu prosedur untuk mendapatkaan dan
mengumpulkan karakteristik yang berada di dalam populasi meskipun data itu
tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Dan bagian dari
populasi tersebut disebut sampel yang dianggap dapat mewakili populasinya.4
Dalam penelitian ini penulis nanti akan membatasi populasinya hanya
pada kepala keluarga Rt. 03, 04, 06 dan 08 yang memiliki anak yang masih
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta: 2002), Cet. 12, h. 108
3S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. II, h.
118
4P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), Cet. IV, h. 23
bersekolah. Jumlah kepala keluarga Rt. 03, 04, 06 dan 08 berjumlah 250 Kepala
keluarga, dengan rincian kepala keluarga Rt. 03 berjumlah 56 KK, Rt. 04
berjumlah 100 KK, Rt. 06 berjumlah 54 KK dan Rt. 08 berjumlah 54 KK. Jadi
populasi penelitian yaitu sebanyak 250 Kepala keluarga.
Sedangkan sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang
diteliti, atau sampel adalah bagian dari populasi.5 Adapun yang menjadi sampel
pada penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 20% dari 250 Kepala
keluarga. Jadi sampel yang diambil sebanyak 50 Kepala keluarga.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan berbagai macam metode dan teknik pengumpulan data yang tepat.
Tujuannya agar diperoleh data yang obyektif. Adapun teknik pengumpulan data
tersebut antara lain:
A. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Setiap penelitian ilmiah akan banyak bersandarkan dan ketergantungan
kepada kepustakaan. Dan seperti yang dimaklumi bahwa hasil penelitian yang
sudah ada belumlah bersifat final, artinya masih terbuka kesempatan bagi orang
lain untuk mengoreksi dan bila perlu menguji kembali hasilnya agar ada
kesempurnaan. Untuk dapat mempersoalkannya harus betul-betul mendalami
mengenai tulisan-tulisan dari kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti
berbagai buku yang berhubungan dengan masalah yang akan penulis bahas.
Penelitian kepustakaan yakni untuk memperoleh bahan-bahan dan konsep
yang berkaitan dengan kajian teori.
B. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
penelitian lapangan terhadap obyek yang akan dituju untuk memperoleh dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan. Penelitian lapangan ini bertujuan
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan
5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 108
interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga dan
masyarakat. Penelitian lapangan yakni mengadakan riset lapangan tempat penulis
mengadakan penelitian tersebut dengan tujuan memperoleh data secara kongkrit.
Untuk memperoleh data yang obyektif berdasarkan kebenaran yang terjadi
di lapangan, penulis nanti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
diantaranya:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejhala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat pengumpulan data dapat dilakukan
secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya.
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati
perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Bagi pelaksana atau petugas atau
disebut sebagai observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap serta
membaca permasalahan dalam momen-moment tertentu dengan dapat
memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. 6
Observasi sebagai alat pengumpulan data harus sistematis artinya
observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan
tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain. Selain itu hasil
observasi harus memberi kemungkinan untuk menafsirkannya secara ilmiah.
Metode observasi hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diuji
validitas dan reabilitasnya. Karena itu observasi harus sistematis agar dapat
dijadikan dasar yang cukup ilmiah untuk generalisasi. Tujuan observasi variabelvariabel
yang akan diselidiki harus dinyatakan secara eksplisit, konsep-konsep
yang diselidiki harus dirumuskan setajam mungkin. Tujuan yang jelas dapat
memusatkan perhatian kepada hal-hal yang relevan. Dalam dunia kenyataan
peneliti dibanjiri oleh banyak kesan-kesan yang menyimpang dari sasaran
penelitin. Tujuan yang jelas mengarahkan dan memusatkan penelitian kepada apa
6P. Joko Subagyo, Metode Penelitian..., h. 63
yang harus diamatinya, siapa yang akan diamatinya keterangan apa yang perlu
dikumpulkannya.7
Dengan observasi kita ingin mengetahui kebenaran pandangan teoritis
tentang masalah yang kita selidiki dalam hubungannya dengan dunia kenyataan.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Tujuan wawancara
ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk merubah ataupun
mempengaruhi pendapat responden.8
Wawancara yaitu suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dari responden. Dalam
wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal, biasanya komunikasi
ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga
dilaksanakan melalui telepon, sering juga interviu dilakukan antara dua orang
tetapi dapat juga sekaligus diinterviu dua orang atau lebih.
Wawancara memerlukan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan,
kemampuan untuk menangkap, buah pikiran dan perasaan orang serta
merumuskan pertanyaan baru dengan cepat untuk memperoleh keterangan yang
diperlukan.9
Sejalan dengan pentingnya wawancara di dalam melakukan survai,
peranan pewawancara sangatlah penting. Meskipun daftar pertanyaan telah lanjut
dibuat dengan sempurna oleh para peneliti, namun tetap kuncinya terletak pada
pewawancara. Penulis akan melakukan wawancara langsung kepada ketua
wilayah Rw. 05.
c. Angket
Angket adalah suatu daftar yang bersisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh
7S. Nasution, Metode Research (Penelitian ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 6,
h. 107-108
8Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi..., h. 83, 86
9S. Nasution, Metode Research..., h. 113, 142
data, angket disebarkan kepada responden, terutama pada penelitian survai.
Angket bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak.10
Dalam buku judul metode penelitian karangan P. Joko Subagyo, SH
menyebutkan bahwa, tujuan pembuatan angket adalah:
a. Lebih mengarahkan informasi yang diperoleh secara relevan sehingga
terhindar data tidak terpakai.
b. Membantu responden memberikan jawaban dalam waktu relatif lebih
cepat dibandingkan cara lain.
c. Mengarah dalam pemakaian analisa kuantitatif sebagai maksud utama,
ditunjang analisis kuantitatif atau sebaliknya.
d. Mempercepat pengumpulan data.11
Angket mempunyai kelebihan tersendiri apabila dibandingkan alat bantu
lainnya, seperti misalnya dengan cara wawancara yang mempunyai kemampun
jelajah terbatas pada keadaan pewawancara. angket dapat disebarluaskan sesuai
keperluan pada setiap responden dalam waktu relatif singkat dengan mengerahkan
seluruh jajaran peneliti untuk membagikannya secara langsung. Angket yang
nantinya diisi oleh para orang tua yang mempunyai anak yang masih sekolah.
5. Tehnik Analisa Data
Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan penelitian ini dapat dipercaya,
maka data tersebut harus dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan. Adapun teknik
analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis karena data yang diperoleh
dalam penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif maka dengan sendirinya
dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak menganalisa.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bersifat komperatif
10Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metodologi..., h. 76
11P. Joko Subagyo, Metode Penelitian..., h. 56
dalam korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.12
Metode analisa data yang digunakan adalah:
1. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data kualitatif
maupun data kuantitatif. Data kualitatif di kemukakan dalam bentuk kalimat
sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan. Yang dianalisa adalah data tentang
peranan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam yang bersumber
dari observasi, wawancara dan angket.
2. Analisa Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif selalu berbicara variabel, variabel adalah perubahanperubahan
perilaku yang dapat diukur. Kuantitatif adalah data tentang fenomena
yang hanya bisa dijelaskan dan ditransformasikan keangka.
Analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang
berwujud angka dengan mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan
perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk memperoleh hasil
penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase
dari hasil angket. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan frekuensi
distribusi dan prosentase dengan rumus perhitungannya:
Keterangan:
P = Angka persentasi
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah frekuensi
Untuk mengukur tinggi rendahnya peranan keluarga dalam pelaksanaan
pendidikan agama di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara, maka
penulis memilih ketentuan dengan kriteria sebagai berikut:
12Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metodologi..., h. 44
P = F X 100 %
N
a. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai
90%-100%, ini berarti baik sekali.
b. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai
70%-80%, ini berarti baik.
c. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai
50%-60%, ini berarti sedang atau cukup.
d. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B kurang dari
50%, ini berarti kurang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis wilayah Rukun Warga 05
Wilayah Rukun Warga 05 berada di Jalan jati II No. 1 Rt. 002/05
Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara. Adapun luas
wilayah ini adalah kurang lebih 7.5 hektar dengan perbatasan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Kebon Bawang
b. Sebelah Selatan : Rw. 09 Kel. Sungai Bambu
c. Sebelah Timur : Rw. 06 Kel. Sungai Bambu
d. Sebelah Barat : Rw. 08 Kel. Sungai Bambu
Status tanah diwilayah Rw. 05 Kel. Sungai bambu adalah tanah hak
milik/guna bangunan/tanah negara yang memiliki sertifikat dari Badan Pertanahan
DKI Jakarta. Wilayah ini juga dekat dengan Pasar yang bernama Pasar Pelita. Di
sebagian wilayah Rw. 05 mempunyai penduduk yang padat karena rumah-rumah
yang mereka tinggali sangat padat dan tidak luas. Setiap gang-gang kecil dipenuhi
dengan rumah-rumah petak yang penuh dengan penghuninya, baik rumah tinggal
maupun kontarakan.
2. Tugas Pokok Rukun Warga
Adapun tugas pokok Rukun Warga wilayah Rw. 05 sebagai berikut:
a. Mewujudkan kehidupan masyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
secara konsekwen dan berkesinambungan.
b. Menggerakkan kegotong royongan swadaya masyarakat serta persatuan dan
kesatuan bangsa, umat beragama dan antar umat beragama.
c. Menciptakan kondisi dinamis kerukunan masyarakat dalam menunjang
stabilitas nasional.
d. Melaksanakan tugas maupun program pemerintah yang sifatnya insidentil.
e. Menjembatani hubungan antara anggota masyarakat serta menyampaikan
aspirasi dengan pemerintah.
f. Membangun dan merencanakan program kerja RT/RW yang efesien dan
berkesinambungan.
g. Meningkatkan sumber daya kehidupan masyarakat serta memberikan
pelayanan pembinaan, selalu bertanggung jawab kepada wilayah.
h. Menghadiri rapat-rapat untuk suksesnya program pemerintah.
i. Menggerakkan kerja bakti demi kebersihan dan keindahan.
j. Menggerakkan kesadaran masyarakat dalam memperingati hari besar nasional
maupun keagamaan.
3. Keadaan Penduduk
Wilayah Rw. 05 merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Sungai Bambu
Jakarta Utara, dimana penduduknya terdiri dari penduduk asli pribumi dan
pendatang. Sesuai perkembangan penduduk yang setiap tahunnya bertambah,
maka penulis mendapatkan data dari Sekretaris Rw. 05 sudah mencapai 2536
penduduk asli dan pendatang. Dengan rincian laki-laki 1326 orang dan perempuan
1210 orang, jadi jumlahnya 2536 jiwa. Sedangkan jumlah bangunan rumah
tinggal dari Rt. 001 s/d 008 sebanyak 511 bangunan.1
1Abdul, Sekretaris Rw. 005, Wawancara Pribadi, (Pos Rw. 005 Kel. Sungai Bambu
Jakarta Utara), Tgl. 17 Mei 2008
Seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
No. RT KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 001 107 233 208 441
2. 002 117 253 234 487
3. 003 56 115 114 229
4. 004 100 215 206 421
5. 005 85 155 135 290
6. 006 54 104 96 200
7. 007 74 164 146 310
8. 008 40 87 71 158
Total 633 1326 1210 2536
Tabel 2
RT Rumah Tinggal Rumah Kontrakan Jumlah
001 87 12 89
002 98 17 115
003 41 13 54
004 70 14 84
005 28 15 43
006 25 16 41
007 40 26 66
008 17 2 19
Jumlah 511
Tabel 3
No. Pendidikan Prosentasi
1. SD 3 %
2. SMP/SLTP 11 %
3. SMA/SLTA 74 %
4. D1/D2/D3 5 %
5. S1 7 %
100 %
Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (74%) mereka itu
pendidikannya SMA dan sedikit (11%) hanya sampai SMP saja dan sedikit sekali
(7%) yang melanjutkan sampai S1 dan sedikit sekali pula (5%) yang melanjutkan
sampai tingkat D1-3 dan sedikit sekali pula (3%) yang hanya sampai SD saja.
Mereka yang hanya melanjutkan sampai SD dan SMP itu dikarenakan masalah
ekonomi yang mereka alami dan tidak tahu arti pentingnya pendidikan.
Adapun masalah pekerjaan, penduduk Rw. 05 mayoritas pekerjaannya
karyawan swasta, buruh, pensiunan Negeri/ABRI, berdagang mulai dengan
berdagang warung/toko, counter HP, sembako dan lain-lain. Ada juga yang
menjadi anggota ABRI dan POLRI dan juga pengusaha, tapi itu sedikit sekali
jumlahnya. Seperti tabel berikut ini:
Tabel 4
No. Pekerjaan Prosentase
1. Karyawan swasta 54%
2. Pegawai Negeri 2%
3. Wiraswasta 4%
4. Pedagang 4%
5. Anggota ABRI dan POLRI 1%
6. Pensiunan Negeri/ABRI 6%
7. Pengusaha 1%
8. Buruh 28%
100 %
Pada tabel ini terlihat lebih dari setengah (54%) pekerjaanya karyawan
swasta, dan sebagian kecil (28%) itu buruh, dan sedikit sekali (6%) yang menjadi
pensiunan Negeri/ABRI, dan sedikit sekali pula (4%) yang menjadi wiraswasta
dan berdagang dan sedikit sekali pula (2%) yang menjadi pegawai negeri, dan
sedikit sekali pula (1%) yang menjadi pengusaha dan Anggota ABRI maupun
POLRI.
Adapun jumlah keluarga dalam setiap kepala keluarga mayoritas 4 orang
tetapi ada juga yang lebih tapi itu sedikit. Mereka kebanyakan hanya mempunyai
anak 2 orang. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5
Alternatif jawaban Frekuensi Presentase
3 15 30%
4 17 34%
5 10 20%
>5 8 16%
Jumlah 50 100 %
Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian kecil (34%) keluarga Rw. 05
mempunyai anak hanya 2 orang dengan jumlah keluarga empat orang. Dan
sebagian kecil (30%) mempunyai anak satu orang dan sebagian kecil pula (20%)
mempunyai anak tiga orang dan sedikit (16%) yang mempunyai anak lebih dari
tiga orang. Jadi keluarga yang mempunyai anak satu, dua atau tiga orang saja
dapat memudahkan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam.
4. Sarana Pendidikan dan Ibadah
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Rw. 05 baik yang formal maupun
non formal seperti Taman Kanak-kanak berjumlah 2, Sekolah Dasar berjumlah 2,
SLTP berjumlah 1, dan STM/SLTA/SMEA berjumlah 2. Taman Kanak-Kanak
Islam/Taman Pendidikan Al-Qur-an yang ada di wilayah Rw. 05 ini misalnya TK
Ester dan Taman pendidikan Al-Qur-an TK Al Win. Kebanyakan dari mereka
memasukkan anaknya ke TK/TPA Islam, dan tempat-tempat pengajian yang
bersifat tradisional, di sana selain memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah yang
formal.
Dilingkungan wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu mempunyai
sarana ibadah dalam rangka pembinaan rohani, yaitu ada 1 buah masjid bernama
Masjid Al Muin dan 2 Buah Musholla bernama Mushollah Baitur Rahmah dan
Baitur Rohim. Adapun kegiatan-kegiatan tempat ibadah yang ada diwilayah
Rw. 05 antara lain:
1. Di Masjid Jami Al Mu’in diadakan Pengajian Kaum Bapak dan Majlis Ta’lim
Ibu-ibu dan Majlis Ta’lim Remaja Masjid Jami Al Mu’in.
2. Di Mushollah Baitur Rahmah diadakan pengajian minggu dhuha yang di
koordinir oleh Remaja Musholla Baitur Rahmah, serta pengajian kaum ibu.
3. Di Mushollah Baitur Rohim diakan pengajian kaum bapak dan majlis kaum
ibu-ibu, serta remaja mushollah baitur rohim.
4. Mushollah dan Masjid sering mengadakan Peringatan-peringatan hari Besar
Islam.
B. Interpretasi data dan Analisa data
1. Interpretasi Data
Untuk interpretasi data tentang peranan keluarga dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai bambu Kecamatan Tanjung
priok Jakarta Utara, penulis mengumpulkan dengan kriteria perhitungan sebagai
berikut:
Kriteria Perhitungan
100% = Seluruhnya
99%-99% = Hampir seluruhnya
60%-89% = Sebagian besar
51%-59% = Lebih dari setengahnya
50% = Setengahnya
40%-49% = Hampir setengahnya
20%-39% = Sebagian kecil
10%-19% = Sedikit
01-09% = Sedikit sekali
0% = Tidak sama sekali
2. Analisa Data
a. Peranan Orang Tua dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Tabel 6
Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sejak lahir 42 84%
Ketika SD 8 16%
Ketika SMP - 0%
Ketika SMA - 0%
Jumlah 50 100%
Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (84%) perhatian pendidikan
agama Islam pada anak itu dilakukan sejak lahir, dan sedikit (16%) perhatian
pendidikan agama itu dilakukan ketika SD. Dan tidak sama sekali (0%) perhatian
pendidikan agama dimulai ketika anak SMP/SMA. Hal ini menyatakan bahwa
mereka kurang sekali mementingkan pendidikan agama pada anaknya. Orang tua
hanya memperhatikan pendidikan agama pada saat anak masih kecil saja. Padahal
menurut penulis perhatian orang tua untuk masalah keagamaan harus diperlukan,
meskipun anak mulai menginjak remaja/dewasa, karena pada masa-masa tersebut
anak-anak membutuhkan sekali bimbingan agama. Karena pendidikan agama
diperlukan bagi kehidupan manusia sepanjang hidupnya.
Tabel 7
Mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada Anak di Rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 38 76%
Sering 10 20%
Kadang-kadang 2 4%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (76%) keluarga selalu
mengajarkan atau membimbing pendidikan agama Islam pada anak di rumah dan
sebagian kecil (20%) yang sering mengajarkan/membimbing pendidikan agama
Islam pada anak di rumah. Dan sedikit sekali (4%) yang kadang-kadang
mengajarkan/membimbing pendidikan agama Islam pada anak di rumah. Dan
tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah dalam mengajarkan
pendidikan agama kepada anak. Hal itu menandakan bahwa sesibuk apapun
mereka bekerja, tapi mereka tetap mengajarkan pendidikan agama Islam kepada
anak di rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang
tua tersebut baik dalam hal mengajarkan pendidikan agama Islam pada anaknya.
Tabel 8
Sikap Memberikan Contoh Teladan yang Baik pada Anak di Rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 43 86
Sering 7 14
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (86%) dari mereka selalu
memberikan contoh teladan yang baik pada anak di rumah, dan sedikit (14%)
mereka itu sering memberikan contoh teladan yang baik pada anaknya. Dan tidak
sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang dalam
memberikan contoh yang baik kepada anaknya. Hal itu mengatakan bahwa orang
tualah yang pertama memberikan contoh teladan yang baik pada anak. Karena
anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan demikian maka
dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal memberikan
contoh teladan yang baik kepada anak.
Tabel 9
Sikap mencerminkan prilaku yang baik ketika di rumah dan di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 39 78%
Sering 11 22%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (78%) mereka itu
mencerminkan prilaku yang baik ketika di rumah dan di luar rumah dan sebagian
kecil (22%) mereka itu yang sering mencerminkan prilaku yang baik pada anak
baik di rumah maupun di luar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka
yang tidak pernah/kadang-kadang memberikan sikap perilaku yang baik ketika di
rumah maupun di luar rumah. Dengan demikian, terlihat bahwa orang tua harus
mencerminkan prilaku yang baik kepada anak baik di rumah maupun di luar
rumah, karena anak akan menuruti segala tingkah laku orang tuanya. Dengan
demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam
hal mencerminkan perilaku yang baik kepada anak.
Tabel 10
Sikap menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal yang buruk
baik di rumah maupun di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu menegur 42 84%
Sering menegur 8 16%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (84%) orang tua selalu
menegur anaknya ketika melakukan hal yang buruk baik di rumah maupun di luar
rumah. Dan sedikit (16%) yang sering menegur anaknya ketika melakukan hal
yang buruk baik dirumah maupun di luar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari
mereka yang tidak pernah/kadang-kadang menegur anaknya ketika melakukan hal
yang buruk. Hal ini berarti bahwa para orang tua tidak mau anaknya menjadi anak
yang nakal. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua
tersebut baik dalam hal menegur dan menasehati anak ketika melakukan
perbuatan yang tidak baik.
Tabel 11
Sikap mengarahkan anak untuk bersikap baik
ketika di rumah atau di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 39 78%
Sering 11 22%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (78%) dari mereka itu selalu
mengarahkan anaknya untuk bersikap baik ketika di rumah atau di luar rumah.
Dan sebagian kecil (22%) yang sering mengarahkan anaknya untuk bersikap baik
ketika dirumah atau diluar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang
tidak pernah/kadang-kadang yang mengarahkan anaknya untuk bersikap baik
ketika dirumah atau diluar rumah. Hal itu dikarenakan agar anak-anak mereka itu
dapat mempunyai banyak teman dengan bersikap baik. Dengan demikian maka
dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal mengarahkan
anaknya untuk bersikap baik.
Tabel 12
Penyediakan fasilitas pendidikan yang memadai kepada anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 35 70%
Sering 15 30%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (70%) dari mereka itu selalu
menyediakan fasilitas pendidikan pada anak, dan sebagian kecil (30%) yang
sering menyediakan fasilitas pendidikan pada anak. Dan tidak sama sekali (0%)
dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang menyediakan fasilitas pendidikan
pada anak. Penyediaan fasilitas pendidikan untuk anak ini berguna agar anak
bersungguh-sungguh dalam belajar. Dengan demikian maka dapat dikategorikan
berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal penyediakan fasilitas pendidikan
pada anak.
Tabel 13
Sikap memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 37 74%
Sering 13 26%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (74%) dari mereka itu selalu
memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Dan sebagian kecil
(26%) yang sering memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah.
Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang yang
memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Hal ini berarti sianak
akan rajin belajar apabila orang tua selalu memberikan motivasi dan semangat
belajar. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua
tersebut baik dalam hal memberikan motivasi dan semangat belajar anak.
Tabel 14
Mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 16 32%
Sering 34 68%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (68%) dari mereka itu sering
mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah. Dan sebagian kecil
(32%) yang selalu mengadakan diskusi keagamaan bersama anak. Dan tidak sama
sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang yang mengadakan
diskusi keagamaan bersama anak di rumah. Dengan demikian maka dapat
dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal berdiskusi
keagamaan bersama anak.
Tabel 15
Anak mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 19 38%
Sering 21 42%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa hampir setengahnya (42%) dari mereka itu
sering anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di
sekolah. Dan sebagian kecil (38%) yang selalu anaknya yang mengikuti kursus
tambahan baik di rumah maupun disekolah. Dan sedikit (20%) dari mereka itu
menjawab kadang-kadang anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di
rumah maupun di sekolah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak
pernah anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di
sekolah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua
tersebut baik dalam hal memberikan kursus tambahan kepada anak baik di rumah
maupun di sekolah.
Tabel 16
Sikap mengontrol kegiatan ibadah anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 40 80%
Sering 10 20%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (80%) dari mereka itu selalu
mengontrol kegiatan ibadah anaknya, dan sebagian kecil (20%) yang sering
mengontrol kegiatan ibadah anaknya. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka
yang tidak pernah/kadang-kadang dalam mengontrol kegiatan ibadah anaknya.
Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik
dalam hal mengontrol kegiatan ibadah anaknya.
Tabel 17
Sikap menegur anak apabila tidak shalat
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu menegur 31 62%
Sering menegur 19 38%
Kadang-kadang - 0%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (62%) dari mereka itu selalu
menegur anak apabila tidak shalat. Dan sebagian kecil (38%) yang sering
menegur anak apabila tidak shalat. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang
tidak pernah/kadang-kadang yang menegur anak apabila tidak mengerjakan shalat.
Berdasarkan tabel tersebut, dapatlah dijelaskan bahwa orang tua tidak mau
melihat kalau anaknya tidak shalat, karena shalat merupakan kewajiban bagi
setiap orang Islam. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran
orang tua tersebut baik dalam hal menegur anaknya apabila tidak mengerjakan
shalat.
Tabel 18
Mendidik ibadah shalat dan puasa
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Melalui contoh teladan 25 50%
Melalui pembiasaan 15 30%
Melalui buku bacaan 3 6%
Melalui guru agama 7 14%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa setengahnya (50%) dari mereka itu mendidik
anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui contoh teladan, dan sebagian kecil
(30%) mereka itu mendidik anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui
pembiasaan. Dan sedikit (14%) dari mereka itu mendidik anak dalam ibadah
shalat dan puasa melalui guru agama, dan sedikit sekali (6%) dari mereka itu
mendidik anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui buku bacaan. Dengan
demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam
hal mendidik anak mereka dalam ibadah shalat dan puasa.
Tabel 19
Pembiasaan melakukan shalat berjama’ah dengan anak-anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 3 6%
Sering 12 24%
Kadang-kadang 28 56%
Tidak pernah 7 14%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa lebih dari setengah (56%) dari mereka itu
yang kadang-kadang melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah,
dan sebagian kecil (24%) yang sering melakukan shalat berjamaah dengan anakanak
di rumah. Dan (14%) yang tidak pernah melakukan shalat berjamaah. Dan
sedikit (6%) yang selalu melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah.
Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut
kurang dalam hal melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah.
Tabel 20
Penanaman sikap disiplin kepada anak dirumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 32 64%
Sering 10 20%
Kadang-kadang 8 16%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Penanaman sikap disiplin kepada anak di rumah berdasarkan tabel di atas
sebagian besar (64%) yang selalu dilakukan orang tua kepada anaknya. Dan
sebagian kecil (20%) yang sering menanamkan sikap disiplin pada anak, dan
sedikit (16%) yang kadang-kadang menanamkan sikap disiplin pada anak. Dan
tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah menanamkan sikap disiplin
pada anak. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua
tersebut baik dalam hal menanamkan sikap disiplin kepada anaknya.
Tabel 21
Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak
di rumah maupun di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 25 50%
Sering 13 26%
Kadang-kadang 12 24%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa setengahnya (50%) dari mereka itu selalu
memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah maupun di luar
rumah. Dan sebagian kecil (26%) yang sering memberikan pengawasan terhadap
kegiatan belajar anak di rumah maupun di luar rumah. Dan sebagian kecil pula
(24%) yang kadang-kadang yang memberikan pengawasan terhadap kegiatan
belajar anak di rumah maupun di luar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari
mereka yang tidak pernah memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar
anak di rumah maupun di luar rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan
berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal memberikan pengawasan terhadap
kegiatan belajar anaknya di rumah maupun di luar rumah.
Tabel 22
Sikap selalu menanamkan pendidikan akhlak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 40 80%
Sering 8 16%
Kadang-kadang 2 4%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (80%) penanaman pendidikan
akhlak di rumah selalu dilakukan oleh orang tua pada anaknya. Dan sebagian
kecil (16%) yang sering menanamkan pendidikan akhlak di rumah kepada anak,
dan sedikit sekali (4%) yang kadang-kadang menanamkan pendidikan akhlak di
rumah pada anaknya. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah
menanamkan pendidikan akhlak di rumah. Dengan demikian maka dapat
dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal penanaman
pendidikan akhlak di rumah.
b. Tingkat keberhasilan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Anak
Tabel 23
Minat anak terhadap pendidikan agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat berminat 40 80%
Berminat 10 20%
Kurang berminat - 0%
Tidak berminat - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (80%) anak-anak dilingkungan
warga Rw. 05 sangat berminat terhadap pendidikan agama Islam, dan sebagian
kecil (20%) yang berminat terhadap pendidikan agama Islam. Dan tidak ada sama
sekali (0%) anak-anak yang kurang berminat dan tidak berminat terhadap
pendidikan agama Islam. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti
tingkat keberhasilan anak dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut
baik dalam minat anak terhadap pendidikan agama Islam.
Tabel 24
Pendapat anak tentang Pendidikan agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat penting 39 78%
Penting 11 22%
Kurang penting - 0%
Tidak penting - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (78%) anak-anak berpendapat
bahwa pendidikan agama Islam itu sangat penting, dan sebagian kecil (22%) yang
berpendapat bahwa pendidikan agama Islam itu penting. Dan tidak sama sekali
(0%) yang berpendapat bahwa pendidikan agama Islam itu kurang penting dan
tidak penting. Hal itu mengatakan bahwa anak-anak sangat memerlukan
pendidikan agama Islam. Apalagi pendidikan agama Islam itu diberikan sejak
dini. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan
pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal pendapat
anak tentang pendidikan agama Islam.
Tabel 25
Sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 13 26%
Baik 37 74%
Kurang baik - 0%
Tidak baik - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (74%) anak yang bersikap baik
ketika di rumah dan di luar rumah, dan sebagian kecil (26%) yang bersikap sangat
baik ketika di rumah dan di luar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) anak-anak
yang bersikap kurang baik dan tidak baik ketika di rumah dan di luar rumah.
Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan orang tua
dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam kepada anak tersebut baik dalam hal
sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah.
Tabel 26
Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat dan patuh pada anda
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 30 60%
Sering 9 18%
Kadang-kadang 11 22%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini terlihat jelas bahwa sebagian besar (60%) setelah
memperoleh pendidikan agama Islam anak sering bersikap baik, hormat dan
patuh, dan sebagian kecil (22%) setelah memperoleh pendidikan agama Islam
anak kadang-kadang bersikap baik, hormat dan patuh. Dan sedikit (18%) setelah
memperoleh pendidikan agama Islam sering bersikap baik, hormat dan patuh. Dan
tidak sama sekali (0%) setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak tidak
pernah bersikap baik, hormat dan patuh. Dengan demikian maka dapat
dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam
pada anak tersebut baik dalam hal setelah memperoleh pendidikan agama Islam.
Tabel 27
Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah - 0%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (40%) sikap anak selalu
bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat,
dan sebagian besar pula (40%) sikap anak sering bersikap baik, hormat, tidak
bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat. Dan sebagian kecil (20%) yang
kadang-kadang bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai
sesama kerabat. Dan tidak sama sekali (0%) yang tidak pernah bersikap baik,
hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat. Dengan
demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan
pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal setelah memperoleh
pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik, hormat tidak bertengkar dan
saling menghargai sesama kerabat.
Tabel 28
Apakah anak rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa
dan mengaji
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat rajin 34 68%
Rajin 11 22%
Kurang rajin 5 10%
Tidak rajin - 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini dijelaskan bahwa sebagian besar (68%) anak sangat rajin
melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji, dan sebagian kecil
(22%) yang rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat puasa dan mengaji
dan sedikit sekali (10%) yang kurang rajin melaksanakan ajaran agama seperti
shalat, puasa dan mengaji. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak
rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji. Dengan
demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan
pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal melaksanakan ajaran
agama seperti shalat, puasa dan mengaji.
Tabel 29
Apakah anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat rajin 20 40%
Rajin 17 34%
Kurang rajin 13 26%
Tidak rajin - 0%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini dijelaskan bahwa hampir setengahnya (40%) anak selalu
rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. Dan sebagian kecil (34%) anak
rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri, dan sebagian kecil pula (26%)
anak yang kurang rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. Dan tidak sama
sekali (0%) dari mereka yang tidak rajin dalam belajar dan mengerjakan tugasnya
sendiri. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan
pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal rajin
belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri.
Tabel 30
Kemampuan anak membaca Al-Qur’an
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 7 14%
Baik 30 60%
Kurang baik 13 26%
Tidak baik - 0%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini terlihat jelas bahwa sebagian besar (60%) kemampuan anak
dalam membaca al-Qur’an itu baik, dan sebagian kecil (26%) anak yang kurang
baik dalam membaca al-Qur’an. Dan sedikit (14%) anak yang sangat baik dalam
membaca al-Qur’an, dan tidak ada sama sekali (0%) anak yang tidak baik dalam
membaca al-Qur’an. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat
keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam
membaca al-Qur’an.
Dari tabel-tabel yang telah diuraikan dari data pengelompokkan peranan
orang tua dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak, terlihat bahwa
para orang tua di wilayah Rw. 05 sangat berperan dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam kepada anak-anaknya di rumah. Dari sekian pertanyaan yang penulis
ajukan kepada mereka tentang peranan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam di rumah, mayoritas mereka menjawab dengan jawaban selalu, dan
sering. Sedikit sekali dari mereka yang menjawab kadang-kadang dan tidak
pernah. Hal itu berarti bahwa peranan keluarga sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam. Dengan adanya penerapan pendidikan agama Islam di
rumah, maka anak akan mengetahui dan memahami akan ajaran-ajaran agama
Islam. Meskipun mayoritas orang tua masyarakat Rw. 05 itu disibukkan dengan
aktifitasnya, tapi mereka tetap menyisakan waktu mereka untuk mengajarkan anak
mereka tentang pendidikn agama Islam. Karena pendidikan agama Islam itu
sangat penting untuk kehidupan anak mereka kelak supaya anak-anak tidak
tersesat kepada hal-hal yang tidak baik.
Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, sebagian besar mereka
menanamkan pendidikan agama kepada anak-anaknya dari sejak lahir, agar anakanaknya
dapat mengetahui agama dari sejak dini dan dapat mengamalkan perintah
agama di waktu besar nanti. Berdasarkan data-data yang terdapat pada tabel di
atas bahwa mereka sudah benar-benar melakukan peranannya dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya, dari mulai mengajarkan
pendidikan agama Islam dan membimbing dalam mengerjakan perintah agama,
mengawasi segala tingkah laku anak-anaknya di luar rumah dan menegur anakanaknya
apabila melakukan hal yang tidak baik. Adapun dari segi materi mereka
berupaya memberikan segala keperluan anak-anaknya dari menyekolahkan
anaknya kesekolah agama sampai menyediakan segala fasilitas yang anak-anak
mereka perlukan, karena menurut mereka pendidikan agama itu sangat penting
bagi anak-anak mereka walaupun ada hambatan, mereka akan tetap
mengusahakannya agar anak-anak mereka menjadi anak yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara dan juga menjadi anak yang shaleh dan shalehah.
Sedangkan dari data pengelompokkan tentang keberhasilan pelaksanaan
pendidikan agama Islam di keluarga Rw. 05 itu dapatlah diinterpretasikan bahwa,
anak-anak mereka adalah anak-anak yang benar-benar di harapkan oleh orang tua
mereka. Hal itu berarti bahwa setelah anak-anak memperoleh pendidikan agama
Islam baik di rumah atau di luar rumah, mereka bisa mengamalkan sedikit demi
sedikit ilmunya khususnya ilmu pendidikan agama Islam yang telah mereka
peroleh. Mereka selalu mengerjakan apa yang diperintah Allah swt. dan orang tua
mereka dan selalu bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma-norma agama
yang berlaku. Kebanyakan dari mereka (anak-anak) sangat berminat terhadap
pendidikan agama Islam. Karena mereka sudah mengerti bahwa pendidikan
agama Islam itu sangat penting bagi mereka. Oleh karena itu mayoritas dari
mereka, selain sekolah disekolah umum, mereka juga belajar mengaji di Taman
Pendidikan al-Qur’an yang ada di wilayah mereka. Berdasarkan data
pengelompokkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam itu
dapatlah dilihat bahwa orang tua di wilayah Rw. 05 sudah berhasil akan
peranannya terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam kepada anak-anak
mereka di rumah. Hal itu menandakan bahwa pendidikan agama Islam itu sangat
penting diberikan kepada anak-anak dari sejak dini agar anak-anak tidak
terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Disamping itu karena dilatar belakangi
oleh lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam.
Tentang keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di
keluarga, penulis mendapatkan informasi dari salah seorang warga masyarakat
yang mendidik anaknya di rumah, walaupun disekolah sudah diberikan
pendidikan agama Islam, betapa sulit sekali memberikan pembinaan, bimbingan
kepada anak dalam pendidikan agama Islam di rumah. Apabila anak tidak di
biasakan untuk belajar agama maka anak tersebut akan malas, yang nantinya ia
tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk atau yang
dibolehkan dan dilarang oleh agama. Disekolah saja tidak cukup di berikan
pendidikan/pelajaran agama saja, tetapi harus di lanjutkan dengan kebiasaannya
yang dilakukan dirumah, yaitu dengan mempraktekan apa yang sudah di pelajari
dari pendidikan agama di sekolah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan berdasarkan deskripsi data yang penulis uraikan
pada bab sebelumnya, maka akhirnya studi hasil penelitian tentang peranan
keluarga dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai
Bambu Jakarta Utara, penulis dapat memberikan suatu kesimpulan sebagai
berikut:
1. Keluarga sangat berperan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam
kepada anak-anaknya di rumah. Keluarga memberikan perhatian dalam
pendidikan agama sesuai dengan kemampuan orang tua, meskipun mereka
sibuk dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Hal ini berdasarkan jawaban
mayoritas keluarga yang memberi jawaban selalu pada angket.
2. Usaha-usaha yang dilakukan keluarga dalam pelaksanaaan pendidikan agama
pada anak dengan memulai mengajarkan pendidikan agama dan membimbing
pelaksanaan perintah agama, mengawasi tingkah laku anak dan menegur
mereka apabila melakukan hal yang tidak baik. Dari segi materi keluarga
berupaya memberikan segala keperluan anak-anaknya seperti menyekolahkan
kesekolah agama dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak.
3. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama diketahui bahwa setelah anakanak
memperoleh pendidikan agama baik di rumah maupun di luar rumah
mereka mengamalkan perintah-perintah agama dan bertingkah laku dengan
sopan. Anak-anak giat dan rajin dalam mengikuti shalat berjamaah dan
pengajian al qur’an.
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan pendidikan
agama dapat dibagi dalam dua hal:
a. Hambatan internal, kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan
keluarga dan kesibukan lainnya menjadikan kurangnya perhatian orang tua
kepada anak.
b. Hambatan eksternal, yaitu hambatan dari anak-anak yang kadang-kadang
bermalas-malasan dan tidak mau mengikuti perintah orang tua ditambah
dengan kondisi lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi kepribadian
anak.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil studi penelitian tentang peranan keluarga dalam
pelaksanaan pendidikan agama Islam di wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai
Bambu Jakarta Utara, akhirnya penulis memberikan beberapa saran penting yang
ditunjukkan kepada semua pihak/masyarakat dalam rangka memberikan motivasi
untuk lancarnya pelaksanakan pendidikan agama Islam.
1. Bagi para Rw/Rt hendaknya turut berusaha meningkatkan kualitas
keberagamaan masyarakatnya, misalnya dengan mengadakan kegiatan
pengajian di rumah warganya secara bergantian, sehingga warga memiliki
pengetahuan agama dan terjalin hubungan yang harmonis antar sesama warga.
2. Bagi para orang tua, hendaknya tingkatkan terus ibadah dan ketaatan kepada
Allah swt. mengajak anak-anaknya untuk selalu patuh dan taat kepada
perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya.
3. Para orang tua diharapkan untuk selalu memberikan contoh sikap atau
perilaku yang baik kepada anaknya, supaya nanti anak akan meniru dan
mengikuti sikap dan tingkah laku yang baik.
4. Bagi para orang tua, hendaknya tidak terlalu keras dalam mengajarkan atau
mendidik anak. Gunakan metode atau cara yang tepat untuk mengajarkan
pendidikan agama Islam di rumah, sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan
nasehat-nasehat, perkataan yang baik lemah lembut dan dengan mengajak
dialog atau diskusi untuk memecahkan suatu masalah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan
keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978
Amini, Ibrahim, Agar tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta: Al Huda, 2006
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bima Aksara1998
___________, Ilmu Sosial Dasar, Semarang: PT Rineka Cipta, 1991
Al-Abrasy, Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1993
Al Hasan, Yusuf Muhammad, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Darul Haq,
1998
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002
Bukhari, Shahih Bukhari jilid II (Penterjemah H. Zainuddin Hamidy dkk.),
Jakarta: Fa. Wijaya, 1992
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: CV
Ruhama, 1995
_______________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991
_______________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara: 1995
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang:
PT. Karya Toha Putra, 1989
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, 1996
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Muhammad Naufal, Abu Ahmad, Langkah Mencapai Kebahagiaan Berumah
Tangga, Yogyakarta: Al Husna Press, 1994
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Nashih Ulwan, Abdullah, Pendidikan anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani,
1995
______________________, Kaidah-kaidah dasar (Pendidikan anak menurut
Islam), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, 2004
Nasution, S. Metode Research (Penelitian ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya, 1985
Rakhmat, Jalaluddin, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1994
Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, 1987
________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Sabri, M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
______________, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa, 2000
Syafri Harahap, Sofyan dan Anshori Siregar, Pedoman Pendidikan Aqidah
Remaja, Jakarta: PT. Pustaka Quantum, 2002
Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
cipta: 2004
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999
Thoha, M. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1983

0 komentar:

Posting Komentar